Sarana Pendukung Venue F1H2O Ditelan Danau Toba, TPT Muliaraja Balige Retak dan Terancam Roboh

    Sarana Pendukung Venue F1H2O Ditelan Danau Toba, TPT Muliaraja Balige Retak dan Terancam Roboh

    TOBA-Gelaran even internasional F1 Powerboat yang digelar di kawasan pelabuhan Muliaraja Balige Kabupaten Toba Provinsi Sumatera Utara selama tiga hari dihadiri ribuan pengunjung dari berbagai wilayah dan manca negara, Jumat, Sabtu dan Minggu, 01-03 Maret 2024

    Ditengah berlangsungnya event F1 Powerboat (F1H2O) Indonesia Lake Toba 2024 di Danau Toba Balige Kabupaten Toba dari tanggal 01 - 03 Maret 2024 (Jumat, Sabtu dan Minggu) ada hal yang yang janggal di bangunan fisik kawasan Veniue F1H2O Bontean Muliaraja Balige.

    Tepatnya di Bontean Muliaraja Balige dinding tepian tembok penahan tanah guna untuk menahan hempasan ombak air Danau Toba mengalami retakan dan retakan dinding bangunan sudah mulai membesar dan memanjang.

    Terlihat kondisi fisik bangunan dinding penahan tanah dan penahan hempasan ombak air Danau Toba terkesan asal dibangun. hal ini terlihat sepertinya bangunan tersebut tidak memakai bangunan pondasi. dimana untuk sebelum pemasangan harusnya diawali dengan penggalian untuk pemasangn pondasi yang lebih kokoh layaknya tepi danau untuk menjaga hantaman ombak air danau Toba.

    Akibatnya dinding bangunan penahan tanah dan ombak air danau Toba mengalami gerusan mengancam akan roboh hingga mengalami retakan dan retakan sudah mulai memanjang serta dinding bangunan penahan tanah dan penahan ombak air danau toba tampak sudah mulai mengalami kemiringan.

    Walaupun dinding tersebut sudah mengalami retakan dan kemiringan, ditengah berlangsungnya even F1 Powerboat (F1H2O) Indonesia Lake Toba 2024 "Pertamina Grand Prix of Indonesia" Ratusan pengunjung duduk diatasnya dengan santai tanpa mereka sadari adanya bahaya yang mengancam keselamaatan mereka dimana mereka duduk.

    Pemerhati pembangunan Kabupaten Toba Ketua NGO.SUMATRA FOREST Ir. J. Rinaldi Hutajulu menyampaikan, pelaksanaan pembangunan Bontean Muliaraja Balige hingga veniue F1H2O dimasa pembangunannya terkesan main kebut alias kejar tayang, "ujar Ir. J. Rinaldi Hutajulu, Senin, (04/03/2024)

    Dikatakannya, pembangunan saat itu sepertinya tidak melakuakan analisa perhitungan dan perencanaan yang tepat oleh konsultan bangunan berikut analisis tekanan dan kekuatan ombak air danau toba yang menghantam tepiannya.demikian juga dengan ketinggian debit air danau toba dimasa musim penghujan dan di masa musim kemarau.

    Hal tersebut supaya bisa disesuaikan dengan posisi pembangunan fisik atau kodisisi keberadaan fisik bangunan ke air danau toba. guna untuk mengantipasi kondisi keberadaan fisik bangunan dengan air Danau Toba, baik di saat debit air danau Toba naik saat musim penghujan dan air danau toba surut disaat musim kemarau atau sesuai kondisi Cuaca di kawasan Danau Toba.

    Ditegaskan Rinaldi, debit air Danau Toba tidak selamanya normal atau tetap dengan kondisi awal, ada kalanya menyurut karena kemarau dan naik lebih tinggi dikala musim penghujan turun.

    Hal inilah yng terjadi dialami bangunan fisik Veniue F1H2O Lapangan Sisingamngraja XII Balige hingga Bontean Muliaraja Balige.

    Dimana pada Veniue F1H2O sebagian dari fsilitas pendukung fisiknya telah tenggelam di benam air Danau Toba dan ada fisik bangunan yang retak.

    Ditegaskan Rinaldi, Venue F1H2O dibangun menurut pendapat saya tidak dengan perencanaan yang matang dan bahkan abai akan hal mendasar yaitu elevasi permukaan air Danau Toba disaat musim kemarau dan saat musim hujan. 

    Hal ini bisa kita lihat kegagalan design pada pelataran depan venue F1H2O yang berbatasan dengan Danau, dimana pelataran tersebut konstruksinya dilapis grass block dan ditanami rumput, sementara pada bagian pinggirannya ditanami tanaman hias jenis perdu pucuk merah. 

    Keadaan sekarang pelataran tersebut kondisinya sudah tergenang air, grass block sudah terendam air, rumput yang ditanam sudah mati termasuk tanaman hias perdu pucuk merah pun batangnya terendam air dan tiap saat selalu terhempas terjangn air ombak danau Toba akibat tidak adanya pembatas permanen antara pelataran tersebut dengan danau.

    Untuk pembatas ini hanya dipasang karung yang diisi pasir yang saat ini kondisinya sudah babak belur.

    Inilah akibat kesalahan analisa awal yang tidak menjadi pertimbangan konsultan perencana dan akibatnya bisa kita lihat dilapangan.hal ini akibat dari bangunan kejar tayang, jadinya asal jadi tanpa ada perencanaan yang akurat dari Konsultan.

    Apakah consultan perencana venue F1H2O tidak melakukan kajian atau analisa site..? juga tidak memiliki data atau tidak mendapatkan data bahwa pada musim hujan elevasi danau Toba akan naik? atau memang demikian kah designnya..? Tanya Rinaldi.

    Sejak kapan material grass block diposisikan dibawah permukaan air danau, rumput apakah yang ditanam tersebut sehingga mampu hidup dibawah permukaan air, "sebutnya

    Demikian juga nasib bunga perdu pucuk merah akhirnya tersiksa dan dipaksa ganti judul jadi tanaman air.

    Demikian juga lapangan venue yang akan tergenang jika terjadi hujan akibat elevasi kemiringan yang sangat buruk... atau memang inikah karya maksimal sang kontraktor yg katanya perusahaan BUMN itu???..

    sumut
    Karmel

    Karmel

    Artikel Sebelumnya

    Pj Gubernur Sumut Serahkan Piala Juara F1...

    Artikel Berikutnya

    Ketua LSM Lipan Sumut : Pergantian Kepala...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Pelaku Pembuangan Mayat Wanita di Kabupaten Karo Sempat DPO, Sekarang Gol
    Hendri Kampai: Indonesia Hanya Butuh Pemimpin Jujur yang Berani
    Hendri Kampai: Jika Anda Seorang Pejabat, Sebuah Renungan dari Hati ke Hati
    Hendri Kampai: Indonesia Baru, Mimpi, Harapan, dan Langkah Menuju Perubahan
    Hendri Kampai: Kualitas tulisanmu adalah kualitas dirimu

    Ikuti Kami